Menyambut Ramadhan Dengan Semangat Persatuan dan Penyucian

shape image

Menyambut Ramadhan Dengan Semangat Persatuan dan Penyucian

RAMADHAN tiba. Alhamdulillah diri ini masih diperkenankan untuk kembali bertemu dengan bulan yang mulia ini. Untuk kembali berlomba-lomba mereguk manfaat yang tak terbatas darinya.

Kembali menafakkuri jati diri ini sebagai seorang muslim. Kembali mencoba menyuburkan nilai-nilai Islam yang sudah mulai redup oleh kerasnya hantaman dunia modern.

Bagi saya, bulan Ramadhan kali ini berbeda dengan bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena saya melihat pada bulan Ramadhan kali ini wacana mengenai semangat persatuan umat Islam dan penyucian jiwa seorang muslim menemukan momentumnya yang sempurna.

Kurang lebih satu semester belakangan umat Islam di Indonesia diuji dengan berbagai macam persoalan yang tidak ringan. Mulai dari kasus penistaan agama yang menyulut amarah umat, aksi bela Islam yang sempat memecah umat Islam ke dalam dua kubu ekstrim yang saling bertentangan, kontestasi Pilkada DKI yang juga memberikan efek yang serupa, hingga kejadian yang baru saja terjadi kemarin; ledakan bom di Kampung Melayu.

Peristiwa-peristiwa ini begitu menyedot perhatian umat Islam. Pada setiap kesempatan setiap muslim seakan selalu dipertanyakan kembali komitmen keislamannya. Pada setiap kesempatan pula setiap muslim seakan selalu dipertanyakan sejauh mana komitmen kebangsaannya sebagai warga negara.

Terlebih lagi yang juga diuji adalah nilai persaudaraan kita sebagai sesama muslim. Perbedaan pandangan yang meruncing tidak jarang mengarah kepada tegangan permusuhan.

Maka bulan Ramadhan kali ini bisa menjadi momentum persatuan yang sangat simbolis. Momentum di mana kita mesti menghidupkan kembali semangat persatuan. Semangat Ukhuwah Islamiah. Semangat persatuan dan persaudaraan antar sesama muslim.

Hal tersebut didukung dengan kenyataan yang membahagiakan bahwa pada tahun ini umat Islam seluruh Indonesia memulai bulan Puasa pada hari yang sama.

Setelah saban tahun perbedaan metode penetapan awal bukan antara Pemerintah, yang diwakili secara struktural oleh Kementerian Agama, dan secara kultural oleh kaum Nahdliyyin, dengan Muhammadiyah mengakibatkan perbedaan hari dimulainya Ramadhan.

Selain itu, momentum Ramadhan kali ini bisa diresapi lebih dalam bagi umat Islam sebagai ajang untuk kembali menyucikan jiwa dari kotoran-kotoran kebencian yang entah disadari atau tidak disadari telah mencemari interaksi antar sesama muslim beberapa bulan belakangan. Semangat persatuan yang bergema selayaknya menjadi jalan utama bagi penyucian itu. Untuk kemudian saling memaafkan dan saling melapangkan dada.

Sudah waktunya kita melupakan perselisihan-perselisihan yang telah berlalu. Gubernur DKI Jakarta yang kini telah terpilih adalah seorang muslim, dan penista agama pun telah dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Dua wujud nyata kemenangan umat Islam di Indonesia. Maka tiba saatnya kita kembali kepada identitas keislaman kita yang hakiki. Bahwa di atas segalanya kita sebagai sesama muslim adalah saudara.

Terkhusus bagi peristiwa peledakan bom yang terjadi di Kampung Melayu kemarin, umat Islam Indonesia telah membuktikan bahwa cara-cara teror yang dilancarkan oleh para teroris itu tidak akan memengaruhi semangat umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Hashtag #KamiTidakTakut membahana di seantero media sosial. Hal ini menjadi pertanda kuat bahwa umat Islam Indonesia telah selangkah lebih maju. Juga menjadi pertanda bahwa ujian-ujian persaudaraan yang terjadi pada bulan-bulan kemarin telah membuat umat Islam di Indonesia secara kolektif semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan yang terjadi di tubuh mereka sendiri.

Sehingga, mereka tidak begitu terpengaruh dengan provokasi yang berdatangan dari pihak yang ingin mengobarkan konflik berdarah di tengah umat Islam di Indonesia sebagaimana yang sudah terjadi di negara-negara Muslim yang lain di sekitaran Timur Tengah sana.

Kita patut bersyukur kita memasuki bulan suci ini, setelah bulan-bulan yang penuh ujian itu tanpa satupun konflik horizontal yang berdarah.

Di tengah-tengah tekanan yang menghantuinya, umat Islam di Indonesia bangkit membuktikan kepada khalayak Dunia Islam bahwa pada diri merekalah harapan Kebangkitan Peradaban Islam di masa depan berada.

__________
*) AHMAD D. RAJIV,
penulis adalah relawan Yayasan Dai Muda Indonesia
© Copyright 2019 Pemuda.org

Form Kesediaan Menjadi Donatur

Pastikan di perangkat Anda telah terinstall Aplikasi WhatsApp

Kirim